Kamis, 02 Juni 2011

Eksotisme “Curug Sabuk”


Sejenak melepas segala kepenatan, dari hiruk pikuk perkotaan dan segala aktivitas yang melelahkan. Berawal dari sebuah ide sekaligus undangan perayaan menyambut tahun baru 2011 Komunitas Runput mengadakan acara “Rumput Berpuisi”. Saya dan beberapa anggota rumput lainnya mengunjungi rumah Pak Aki yang terletak di daerah Cicalengka desa Mekarwangi, kunjungan ke rumah Pak Aki ini seperti menjadi hal yang tak bisa dilepaskan. Entah chemistry apa sehingga membuat kami merasa rindu dan kerasan bila berada di rumah Pak Aki.

Sabtu (01/01/2011), kami melakukan perjalanan ke Curug Sabuk. Curug sabuk ini merupakan salah satu objek wisata alam di kab. Sumedang yang bisa dibilang masih jarang dikunjungi. Terletak disekitar taman Buru Gunung Masigit dan Kawasan Gunung Kareumbi. Lokasinya yang berada di dalam hutan menjadikan tantangan tersendiri sebelum kita menemukan curug ini.

Kami langsung jalan kaki menuju areal perkampungan, kemudian tak lama kami melewati perkebunan, setelah itu hamparan padang ilalang yang cukup membuat kami kesulitan melewatinya. Tumbuhan yang ditemukan disini merupakan campuran pohon dan semak berduri serta tumbuhan berair banyak (sekulen). Pohon-pohon perdu tumbuh liar sehingga menutupi jalan yang dilewati. Kami menemukan turunan yang akhirnya mengantarkan kami memasuki sebuah kawasan hutan. Jalanan terjal mulai kami rasakan begitu masuk ke bagian dalam hutan. Seperti halnya hutan-hutan lain yang berada di Indonesia.

Hutan menuju curug sabuk ini pun termasuk jenis Hutan Hujan Tropis yang terlihat jelas memiliki straifikasi vertical. Pohon-pohon pada kanopi membentuk lapisan yang paling atas. Kanopinya yang rapat menyebabkan sedikit sekali cahaya yang mencapai tanah di bawahnya. Banyak pohon yang ditumbuhi epifit (tumbuhan yang tumbuh diatas tumbuhan lain).

Namun, begitu lokasi semakin jauh dari jangkaun manusia. Hati saya terasa miris melihat banyak sekali ditemukan pohon yang ditebang sembarangan seperti menunjukkan adanya illegal loging (saya jadi teringat sebuah ayat Al-Quran, “janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Selama 4 jam kami disuguhi perjalanan setapak yang turun, naik, ada yang datar namun semuanya sangat curam. Terlebih ketika sudah mulai terdengar gemericik air, kami mulai melewati jalan turunan yang tegak lurus 90⁰, jalan ini sangat terjal dan curam, jurang disisi kanan-kiri sehingga kami mulai waspada dan berhati-hati ketika kaki melangkah, terlebih ketika sudah mendekati lokasi Curug Sabuk, lagi-lagi kami harus melewati jalan yang ekstrim. Kami harus menyeberang tanah yang dipisahkan akibat longsor dengan cara meloncat. Lebar sebrangan kira-kira ±2 meter dan di bawahnya terdapat batu-batu besar. Perjalanan ini ada yang datar namun terhalang oleh duri, menurun, naik, terjal, seolah seperti kehidupan.

Akhirnya, setelah 4 jam perjalanan dengan penuh perjuangan, semangat dan keceriaan tibalah kami di sebuah air terjun yang dinamanakan “Curug Sabuk”. Curug sabuk ini memiliki satu curug yang besar dengan air yang deras, dan dua anak curug di sisi kanan-kiri. Menurut penduduk sekitar dikatakan Curug Sabuk, karena bentuk curug ini seperti sabuk, dan memang terlihat curug ini bentuknya sangat panjang mirip dengan sabuk. Di dekat curug terdapat sebuah bale-bale yang sepertinya baru dibuat sebulan yang lalu dan terlihat sedikit modern, seperti atap yang dipakai oleh bale ini terbuat dari bahan fiber. Bale ini dapat digunakan untuk sekedar istirahat, berteduh, dan melepas lelah setelah mlakukan perjalanan ekstrim menuju curug sabuk.
Suasana tampak tenang, sunyi senyap, hawa dingin dan sejuk segera menjalari tubuh kami yang nampak lelah. Terlihat tak ada tanda-tanda kehidupan manusia, hanya deretan pohom-pohon besar dan semak belukar mendominasi kawasan sekitar curug sabuk ini. Terdengar hanya kicau burung, dan gemericik air yang berjatuhan, seolah-olah tumpah bebas. Dan kami terbius menikmati suasana alam Curug Sabuk.

Namun, waktu beranjak sore akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Aki. Mungkin jika kami melakukan perjalanan ke curug-curug lainnya perjalanan Curug Sabuk ini masih kalah ekstrimnya dan masih kalah indahnya. Tapi, menurut kami perjalanan ini sangat menakjubkan terlebih dilakukan pada moment yang tepat selain pembukaan tahun kami juga bertadabbur menikmati keindahan alam yang jarang kami temui. Semuanya membuat kami speechless, bahagia, senang, dan puas. Semoga perjalanan berikutnya lebih menyenangkan, menakjubkan dan menegangkan.**
bersama komunitas


*Pernah dimuat di edisi ke-3 di www.buletinilalang.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar