Jumat, 10 Februari 2012

Pengetahuan Lahir dan Pengetahuan Batin

Ajaran Samarqandi yang disampaikan secara lisan termasuk bagian penting ini :

Sarjana lahirian belajar untuk dirinya sendiri atau karena dia ingin dipandang, didengar dan dipuji.
Sang bijak batiniah belajar hanya demi pengetahuan, bukan demi dirinya sendiri.
Ketika sang bijak batiniah telah memperoleh pengetahuan, dia bisa saja menjadi seorang pekerja atau seorang guru.
Jika dia seorang guru, satu-satunya yang menjadi perhatiannya adalah mempercayakan pengetahuan itu kepada mereka yang mendapatkan keuntungan darinya dengan cara yang memberinya : bukan mereka yang akan mencoba menggunakannya untuk memperindah diri, mengesankan orang lain, atau merasa menjadi penting.
Sayangnya meskipun pemikir batiniah sejati dapat dengan mudah memahami orang-orang yang menginginkan pengetahuan untuk alasan-alasan yang tidak benar, dia tidak dapat menunjukkan kepada mereka secara langsung, karena nafs-i-ammara (wibawa-diri-keadaan) mereka begitu kuatnya menolak peranan sang bijak sehingga itu mencegah mereka untuk mendapatkan pengetahuan sejati.
Ketika pengetahuan sejati muncul, wibawa-diri lenyap. Oleh karenanya, mengapa seseorang harus merasa heran bahwa dia berjuang begitu kerasnya?
Ini disebabkan karena Sang Bijak memerintahkan kerendahhatian. Wallahu’allam bis shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar