Rabu, 18 Januari 2012

"Lelaki Misterius"

Kemarin, sewaktu aku memasak. Entah darimana tiba-tiba ingatanku terlempar ke masa dua tahun silam. Menurutku pengalaman ini agak lucu juga sekaligus menggelikan. Gimana nggak pertama kali nginjak kaki d kampus ternama di Bandung, tiba-tiba ada yang manggil dan kenal sama kita?? (hayoh, lagi ngebayangin kan??) Mau tahu kejadian lengkapnyanya???? Maumaumaumaumau?????? Mau dongs,,okeh, langsung aja kita cekidot :D

Tepatnya hari senin di awal bulan juni. Aku lagi sibuk-sibuknya nyusun proposal penelitian, tapi waktu itu masih tahap nyari topic penelitiannya sih. Kebetulan dosen yang membimbing skripsiku sedang melanjutkan studi di kampus ITB. Kalo kita denger nama ITB, wah pasti ngeh-nya ITB salah satu kampus bergengsi tanah air ini dengan segudang prestasinya. Nah, untuk ketemu dosen pembimbingku ini sangat sulit, karena kesibukan beliau yang begitu padat. Sampai aku harus ngejar-ngejar ke kampusnya hanya untuk berdiskusi mengenai penelitian apa yang akan aku ambil.

Pertama kali menginjakkan kaki di kampus ITB, wah katroku kumat deh..hehe.. agak sedikit minder juga gitu ya..padahal pede aja toh ga akan ketahuan ini kalo aku bukan mahasiswanya. Pas aku jalan nyari gedung yang dosenku sms-kan, tiba-tiba dari belakang ada orang yang memanggilku. Jantungku langsung berdebar, langkah kakiku terhenti dalam hati menerka, siapa gerangan yang manggil aku dan ada apa?? Apakah gelagatku mencurigakan bukan mahasiswa sini?? satpamkah?? orangnya pasti tinggi, item, serem, lengkap dengan seragam kebesaraannya. Wah, pokoknya imajinasiku ngelantur banget. Sambil terus menebak-nebak, aku tengok ke belakang…….Oh,dear..Subhanallah, ternyata berbanding terbalik 1800C, hehe..orangnya cakep, putih, tinggi, memakai kaus putih, jeans biru tua, sepatu kads, rambut lurus sebahu, tangan kanan menenteng helm, di bahunya ada di selipkan tempat menyimpan karton, tebakan aku mungkin kayaknya dia orang teknik dan orangnya baik.

Sambil terus menatap, tiba-tiba lamunanku dibuyarkan olehnya dengan pertanyaan.
“maaf, yang PKL di BALITSA ya??” Tanya si laki-laki
“iya, koq tau?” jawabku kaget setengah sadar.
“oh, saya sering liat waktu saya ke BALITSA.”
“oh.” Jawabku pendek,
“oh iya, kuliah di sini juga?” Tanya dia kembali.
“eh, nggak” jawabku setengah kaget, karena ketahuan bukan mahsiswa sini.
“trus?”
“ketemu dosenku. Kebetulan beliau juga disini.”
“oh.”
“aa, PKL di BALITSA juga?” entah kekuatan darimana, tiba-tiba aku melontarkan pertanyaan. Agak malu juga sih, kenapa sempat-sempatnya aku ngajuin pertanyaan.
“oh-eh, nggak.” Kali ini giliran si laki-laki yang menjawab dengan gugup
“trus?”
“kebetulan waktu itu aku mengantar teman ke BALITSA.”
“oh”.
“ya sudah, aku duluan ya.” Lanjut laki-laki misterius sambil buru-buru
“iya”
“mari”. Tutupnya.

Sambil tersenyum aku memandangi punggung laki-laki itu sampai ia menghilang dari pandangan. Sambil terus melanjutkan perjalanan aku mengingat-ingat kegiatanku selama lima bulan terkahir, aku memang sedang bekerja di BALITSA, tapi bukan untuk PKL, kebetulan aku di tawarin ikut proyek penelitian, dan selama lima bulan ini aku tidak pernah memperhatikan siapapun dan kalaupun datang secepatnya mengerjakan pekerjaan, setelah itu aku buru-buru pulang. Karena jarak BALITSA dengan kampusku sangat jauh. Jadi, mana sempat memperhatikan orang-orang dan uniknya aku tidak pernah menyangka ternyata ketika aku bekerja diam-diam ada yang memperhatikanku.

Hatiku jadi berbunga-bunga terlebih aku bisa bertemu sekaligus bertegur sapa dengan laki-laki misterius yang memperhatikanku. Seperti sebuah dongeng ataupun film. Yah, memang hidup ini sungguh aneh, ajaib, dan selalu penuh kejutan. Skenario Sang Pencipta memang menakjubkan banyak hal yang tak terduga, dan aku tidak tahu apakah ini adalah sebuah takdir yang telah diatur sedemikian rupa dari Sang Pencipta untuk bertemu dengannya yang aku sendiri tidak ketahui ataukah hanya sebuah kebetulan, entahlah.

Covenk, 18 Januari 2012

Jumat, 06 Januari 2012

Selamat Ulang Tahun Ibuku

Surat ini untuk Ibu tercinta, yang telah mengasuhku dan adik-adikku selama ini.
Kuucapkan, Selamat Ulang tahun, Bu. Maafkan kami yang sampai saat ini belum mengucapkan terima kasih, mungkin bersama surat ini mewakili semuanya mengucapkan terima kasih atas jasamu selama ini yang mungkin tak kan pernah terbalas oleh kami sampai kapanpun.
40 sudah kini usiamu, Bu. Separuh hidupmu telah engkau dedikasikan untuk kami, anak-anakmu. Walaupun dengan segala rasa kita telah menjalani hidup ini, pada dasarnya kita tahu, bahwa kita saling mencintai. Sampai kapan pun kuharap engkau mau memaafkan segala kesalahan kami. Kutahu tanganmu tak pernah lepas berharap untuk kami, dalam setiap do’a yang kau panjatkan. Kutahu Bu, senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta yang keluar dari lisanmu, dan kutahu Bu, mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku. Semoga jejak-jejak cinta akan lebih banyak tercipta dengan kedewasaan, kasih sayang, rahmat dan ridha Allah SWT. Amin.

Kopeng, 31 December 2011 16.11 pm

Kamis, 05 Januari 2012

catatan setelah membaca buku karya Dee


Dari kecil saya kurang begitu suka ketika pelajaran bahasa berlangsung, entah itu bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia. Tetep aja mood saya kurang begitu bagus. Terbukti saat kuliah saya ambil major sains. Kayaknya emang otak saya lebih timpang ke kiri dibanding otak kanan. Banyak orang yang bilang (secara tidak langsung mereka men-judge) saya kaku, kurang bisa bersosialisasi, bener-bener tipikal orang sains. Yah tak apa memang sudah jadi karakter dan sepertinya agak sulit untuk saya rubah, walaupun hampir setengah mati saya berusaha menjadi orang sosial. Tetep aja, karakter orang saintis lebih kuat. Kalau jawaban A ya harus A, ga bisa jadi B apalagi C. beda banget sama orang sosial, kadang saya suka iri. Mungkin udah takdir kali ya, atau kebiasaan yang jadi karakter. Entahlah. Alhasil ketika membuat sinopsis saya kurang bisa membedakannya dengan review.

Saya paling seneng ketika membaca buku yang bikin ngena ke hati. Kayak di buku “MADRE” saya koq lebih tertarik cerpen yang berjudul “menunggu layang-layang” di bandingkan dengan Madrenya sendiri. Saya suka karakter tokohnya, saya suka kalimat-kalimatnya, alurnya, konfliknya, klimaksnya, dan endingnya. Koq serasa gue banget (hahaha)…

Di buku supernova pun yang menyajikan cerita dalam cerita, saya suka seperti menunggu layang-layang karakter tokohnya, saya suka kalimat-kalimatnya, alurnya, konfliknya, klimaksnya, dan endingnya.


Di cerita menunggu layang-layang, tokoh utama laki-laki yaitu Chris dan cewenya starla. Keduanya bersahabat, Chris yang suka di panggil Che sama starla adalah cwo metropolitan, eksekutif muda sebagai seorang arsitek, karir platinum, reputasi emas, cwo modern yang high class, tampan dan serba teratur. Tiap pagi Chris bangun jam 5.45 ga lebih dan ga kurang, katanya matahari jam segitu lagi misterius, si aku jadi ketularan tiap pagi pasti liat matahari 5.45. trus nnyalain air panas sampe derajatnya panas n dinginnya the teratur pisan. Sarapan dengan 2 tumpuk roti panggang, segelas kopi yang di buat dari satu sendok kopi, dua sendok gula dan tiga sendok krimer (dan menurut starla ini adalah kopi banci) , trus tiap berangkat ngantor selalu muter musik yang playlistnya ia buat sendiri (kayak naik-naik ke puncak gunung, biar pas jakarta macet mengurangi penat…aneh)..dan tak lupa Chris ini single (terlalu ekstrem untuk menyebutkan jomblo).

Starla, cewe yang berprofesi sebagai design interior, pertama kenal dengan Chris waktu mereka masih sekantor dan mengerjakan proyek yang sama, akhirnya mereka berteman.

Tiap pagi Chris selalu di kegetkan dengan telpon dari starla, walaupun hanya sebatas celotehan yang berakhir gunjingan semuanya gak membuat mereka marah ataupun sakit hati. Starla sering mengatakan kalo Chris Cuma robot abad milenium, yang hanya terfokus pada pekerjaan ga pernah mikirin cinta….*bersambung

Selasa, 03 Januari 2012

Rinduku Pada Menulis

Entah akan kumulai darimana, aku pun tak tahu. Sore kemarin, seperti biasa sesuatu menyelinap memenuhi sebagian otakku, sang reseptor impuls pun dengan cakapnya segera menghantarkannya pada lenganku. Kuraih handphone putihku, seketika kedua ibu jariku menghentakkan pada keaybord handphone. Kau tahu apa yang kutulis di layar handphoneku?? Semenjak demam skripsi melanda diriku, mood dan ide menulis hilang entah kemana. Skripsi benar-benar menyita segalanya. Bukan hanya kebebasanku yang ia penjarakan, waktu, tenaga, pikiran, materi semuanya ia kuras habis. Tak ada lagi tidur nyenyak, tak ada lagi makan enak, dan tak ada lagi ketenangan. Keringat, semangat dan cucuran air mata semuanya berpacu, saling mengejar menentukan sang nasib. Dan kini aku telah mampu memenuhinya tepat waktu walaupun dengan segala pengorbanan, setidaknya aku puas dengan apa yang telah kucapai. Berbagai kemelut semakin ramai menghinggapi diriku. Namun ada sesuatu yang membuatku kini tersadar, ada yang hilang. Kucoba menghentakkan jemari-jemari lentik yang biasa menari di atas keyboard menuangkan dan memuntahkan apa yang ada dalam isi kepalaku, berkali-kali aku mencoba untuk menulis tetap tak bisa, tanganku seperti beku. Dan kini, kutulis kembali sebuah catatan entah sebagai permohonan maafku ataupun awal menulis kembali. Kumohon datanglah, aku rindu menulis!

Covenk, 31 December 2011